Palembang di juluki sebagai kota empek-mpek.Sebutan itu menggambarkan betapa kuatnya empek-mpek mewakili identitas ibukota Sumatra Selatan. Lebih jauh lagi, empek-mpek telah pula menjadi bagian dari khasanah kuliner nasional. La hadir di banyak kota di indonesia dan di terima oleh lidah Indonesia. Empek-mpek menjadi duta bagi segenap wong kito.
Tak jelas kapan
kreasi empek-mpek muncul mulai memasuki khasanah kuliner warga Palembang.
Ingatan kolektif wong kito biasanya merujuk pada sang perintis: seorang lelaki
Tionghoa paruh baya, yang di Palembang di sebut apek, yang menjajakan brang
daganganya menyusuri jalanan kota dengan speda. Dagangannya berupa penganan
dari tepung singkong ( tapiaoka ) atau sagu, dicampur ikan giling, disiram
dengan kuah khusus yang di sebut cuko. Memiliki cerita itu, maka unsur speda,
jalan kota, dan ketersediaan tepung tapioka atau sagu di Pasar Palembang, boleh
jadi merujuk ke era sekitar awal abad 20.
Empek-mpek telah pula menjadi milik semua warga Sunsel.Semua kota di Sumatra memiliki produk empek-mpek primadona yang menjadi kebangaan masing-masing, bahkan itu melebar ke jambi Bengkulu. Berapa pengrajin empek-mpek Pengrajin empek-mpek Palembang juga membuka cabang di beberapa kota besar di jawa. Empek-mpek Pak Raden misalnya.
0 komentar:
Posting Komentar